Senin, 06 September 2021

Cerpen Inspiratif Pagar Mangkok (Bagian 1)

September 06, 2021 0 Comments
Cerpen inspiratif berjudul "Pagar Mangkok" ini terinspirasi dari pengalaman sebuah keluarga yang tinggal di perkampungan di pinggir ibukota.




“Astaghfirullah……Makasih banyak atas infonya. Insyaallah, besok aku berangkat ke Tangerang,” jawab Mas Wahyu kepada orang yang meneleponnya.

“Dik, rumah kita kebanjiran” kata Mas Wahyu sembari meletakkan handphonenya di atas meja.

“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun ….kok bisa Mas?” tanyaku penuh selidik.

“Kata Fatkhur, ada tetangga yang menutup saluran air kita,” jawab Mas Adi. Fatkhur adalah teman satu kantor Mas Wahyu yang tinggal di samping rumah baru kami.

“Besok, Mas dulu yang berangkat ke Tangerang . Adik dan Azzam di Blitar dulu. Insyaallah minggu depan, Mas jemput,” jelas Mas Wahyu.

“Iya, Mas. Semoga semuanya baik-baik saja,” jawabku.

Dalam hati aku berdoa, semoga proses kepindahan kami dari Blitar ke Jakarta diberi kemudahan dan kelancaran. 

***

            “Semua sudah siap, Nduk?” Sambil menggendong Azzam, anakku, Ibu menanyakan persiapanku menjelang keberangkatanku ke Tangerang.

            “Insyaallah, sampun Bu,” jawabku lirih sambil menunduk. Aku tidak mau Ibu mengetahui kegundahan hati yang sedang kualami.

            Tetapi, perasaan seorang ibu memang tidak bisa dibohongi. Dengan lembut, Ibu menghampiriku dan membelai kepalaku.

            “Ada masalah apa, Nduk?”

            “Hmm…jujur saya takut, Bu. Kujawab pertanyaan ibu, sambil menarik nafas dalam.

            “Sebentar lagi, saya harus tinggal di daerah yang jauh dari Bapak dan Ibu.”

Dari kecil sampai berkeluarga, aku memang tidak pernah tinggal terpisah dari kedua orangtuaku. Besok, untuk pertama kalinya aku akan tinggal jauh dari mereka. Aku akan pindah ke Tangerang untuk mengikuti suamiku.

            “Wajar Nduk, kalau kamu takut. Tetapi, insyaallah semua itu akan bisa kamu jalani dengan baik jika hubunganmu dengan Allah juga baik. Jaga sholatmu, patuhi suamimu dan didik anakmu dengan baik.” Ibu memberiku nasihat dengan suara lembut.

            Inggih, Bu,” jawabku takzim. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.

            Ibu memelukku erat. Di balik pelukannya yang hangat, aku dapat merasakan, bahwa sebenarnya ibu juga sangat berat berpisah denganku.

            “Doakan Ajeng dan keluarga Ajeng nggih, Bu”, pintaku. Kulihat sambil mata ibu yang sudah berkaca-kaca.

            “Iya Nduk, insyaallah doa ibu dan bapak selalu menyertai kalian,” jawab Ibu sambil menahan isak tangis.

            “Oh ya, Nduk, satu lagi pesan Ibu. Nanti kamu akan tinggal di lingkungan yang baru. Berbuat baiklah kepada tetanggamu. Sebagaimana kata orang dulu, “pagar mangkok” itu lebih kuat daripada pagar tembok atau pagar besi,” pesan Ibu sambil menyeka air mata yang membasahi pipinya.

***

Setelah menempuh perjalanan hampir dua belas jam, aku dan keluarga kecilku tiba di Stasiun Kereta Api Senin. Alhamdulillah, kereta api yang kami tumpangi tiba tepat waktu. Selama perjalanan Azzam tidak terlalu rewel dan ia bisa tidur dengan nyenyak. Dari Stasiun Kereta Api Senin, kami menyewa taksi online untuk melanjutkan perjalanan ke Tangerang.

Pukul 08.23 WIB, kami tiba di Tangerang. Untuk pertama kalinya aku dan Azzam menginjakkan kaki di kota yang mendapat julukan Kota Seribu Industri ini. Sedangkan bagi Mas Wahyu ini sudah kesekian kalinya. Sudah hampir satu tahun, Mas Wahyu bertugas di kota ini.

“Berhenti di sini, Pak?” tanya sopir taksi online.

“Iya, Pak,” jawab Mas Wahyu.

“Ayo Dik, kita turun di sini!” Mas Wahyu mengajakku keluar dari mobil.

Kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Lebar jalan di depan rumah yang akan kami huni hanya satu meter, sehingga tidak bisa dilewati mobil

“Alhamdulillah, kita sudah sampai dik,” kata Mas Wahyu di depan sebuah rumah dengan cat warna hijau. Rumah berukuran enam puluh meter persegi itu sudah tampak rapi dan bersih dari luar, tidak terlihat seperti rumah yang baru kebanjiran.

“Alhamdulillah,” jawabku sambil tersenyum bahagia.

***

“Assalamu’alaikum.” Aku mendengar suara seorang laki-laki mengucap salam di depan pintu rumah kami.

“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatu,” jawab Mas Wahyu dari ruang tamu.

“Eh…Fatkhur, ayo silahkan masuk,” ajak Mas Wahyu dengan suara riang.

Mas Wahyu dan Fatkhur duduk beralaskan tikar di ruang tamu. Teh manis dan opak gambir kuhidangkan untuk menemani obrolan mereka.

“Selamat datang di Kampung Keramik, Yu,” kata Fatkhur sambil tersenyum.

“Makasih banyak,” jawab Mas Wahyu sambil tersenyum.

“Oh ya, bagaimana solusinya untuk masalah saluran air kemarin?” Mas Wahyu menanyakan kelanjutan kejadian penutupan saluran air yang terjadi sebelum kepindahan kami.

“Orangnya meminta uang Rp 500.000,- untuk uang sewa saluran air yang melewati tanahnya,” jawab Fatkhur.

“Begitu ya…Ya sudah, kita ikuti dulu apa mau mereka. Semoga ke depannya kita bisa menemukan solusi yang lebih baik.”

Mas Wahyu paham situasi yang dihadapinya sekarang, tidak memberi kemungkinan untuk membuat pilihan. Satu-satunya pilihan adalah berusaha menempatkan diri sebaik mungkin di lingkungan yang baru.

.Percakapan Mas Wahyu dan Fatkhur berakhir ketika adzan Maghrib berkumandang.

“Dik, aku dan Azzam salat Maghrib dulu. Assalamu’alaikum.” Sambil menggandeng Azzam, Mas Wahyu dan Fatkhur menuju mushola yang berada tidak jauh dari rumah kami.

“Wa’alaikumsalam,” jawabku sambil menutup pintu rumah.


Apakah permasalahan yang dihadapi tokoh cerpen di atas bisa terselesaikan dengan baik? Baca kelanjutannya di Cerpen Inspiratif Pagar Mangkok (Bagian 2)




Rabu, 01 September 2021

Cerpen Anak : Senyummu Senyumku

September 01, 2021 0 Comments

Setelah cerpen berjudul "Vas Bunga Nadia", cerita pendek berjudul "Senyummu Senyumku" ini adalah cerpen anak saya yang kedua. Cerita pendek ini pernah dimuat di buku antologi berjudul "Ramadhan Istimewa". Selamat membaca 😊



Senyummu Senyumku

“Bunda, Farin ingin cerita sama Bunda,” ucapku sambil mendekati Bunda yang sedang menumis sayuran.

“Iya, Dik, ada apa?” tanya Bunda.

 Aku terdiam beberapa saat. Tiba-tiba, aku merasa ragu untuk bercerita kepada Bunda. “Hmm … nanti saja Bunda,”

“Ada apa anak sholihah?” Bunda mengusap lembut kepalaku.

“Nanti saja, Bunda. Sekarang Farin bantu Bunda dulu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Aku belum siap mengutarakan keinginanku kepada Bunda.

“Baik, kalau begitu,” ucap Bunda sambil tersenyum.

“Farin bantu membersihkan meja makan ya, Bun?”

“Makasih banyak ya, Dik. Barokallahu,” kata Bunda sambil menyerahkan kain lap berwarna biru.

“Sama-sama, Bunda,” jawabku sembari mengelap meja makan.

Setelah meja makan bersih, Bunda menghidangkan sayur dan lauk pauk yang baru selesai dimasak. Menu buka puasa kali ini, nasi, tumis kangkung, tempe goreng, ikan goreng, dan tak ketinggalan kurma sukari kesukaanku.

“Allahu … Akbar … .” Azan Maghrib sudah berkumandang. Tiba saatnya waktu berbuka puasa.

“Alhamdulillah, Farel, Farin, bagaimana  puasa hari ini?” tanya Ayah sembari meletakkan gelas di atas meja makan.

“Alhamdulillah, lancar, Yah,” jawab Kak Farel.

“Alhamdulillah, puasa Farin juga lancar, Yah,” jawabku.

“Alhamdulillah, semoga Allah Swt. menerima amal ibadah puasa kita. Aamiin,” doa Ayah.

Setelah minum segelas air putih dan makan beberapa butir kurma, Ayah dan Kak Farel berangkat ke masjid untuk menjalankan salat Maghrib berjemaah. Sedangkan aku dan Bunda, salat berjemaah di rumah. Setelah melaksanakan salat Maghrib, kami sekeluarga makan bersama.

“Farel, Farin, besok pagi ikut Ayah dan Bunda ke Kampung Genteng Atas, ya! Kita akan menyerahkan bantuan  untuk beberapa keluarga yang terkena musibah banjir di sana. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat,” kata Ayah.

“Iya, Ayah, insyaallah,” jawabku dan Kak Farel hampir bersamaan.

***

Pukul 06.15 WIB, kami bersiap menuju Kampung Genteng Atas. Ada tiga mobil yang  terparkir di depan rumah.  Mobil tersebut akan digunakan untuk membawa bantuan hasil penggalangan dana di kantor ayah, berupa bahan makanan pokok, air mineral, tikar, selimut, dan peralatan tulis.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir satu jam, kami pun tiba di Kampung Genteng Atas. Rombongan langsung menuju Sekolah Dasar Genteng Atas, tempat yang digunakan sebagai penampungan para pengungsi yang terkena musibah banjir.

Kedatangan kami disambut oleh beberapa warga perwakilan dari pengungsi Kampung Genteng Atas. Setelah berbincang sebentar dengan mereka, Ayah mengajak Kak Farel untuk menurunkan bantuan yang masih ada di mobil. Dengan sigap, kakakku yang duduk di kelas IX itu, mengangkat kardus, berisi bahan makanan pokok ke tempat pengungsian.

Di saat, Ayah, Kak Farel dan rombongan menurunkan bantuan, aku bersama Bunda diajak Bu Yani, salah seorang pengungsi, menuju ke beberapa ruang  kelas yang digunakan sebagai tempat pengungsian. Aku melihat, para pengungsi duduk di lantai dengan beralaskan tikar. Di antara mereka, banyak juga anak kecil di tempat itu.

“Bu, apa boleh kami ajak anak-anak  bermain bersama?’ tanya Bunda kepada Bu Yani.

“Iya, Bu, silahkan,” jawab Bu Yani dengan senyum bahagia.

Setelah mengambil beberapa buku cerita dan peralatan tulis yang ada di mobil, aku dan Bunda menuju salah satu beranda kelas. Ada sekitar dua puluh anak yang telah berkumpul. Mereka terlihat sangat bersemangat menyambut kedatangan kami.

“Assalamualaikum anak-anak,” sapa Bunda sebelum memulai cerita.

“Waalaikumsalam Bu,” jawab mereka dengan penuh semangat.

Setelah semua duduk tenang, Bunda mulai bercerita tentang masa kecil Rasulullah Saw. Aku sangat senang mendengar cerita Bunda begitu juga dengan anak-anak yang lain.

“Sekarang, anak-anak berbaris yang rapi, ya!” ajak Bunda setelah selesai bercerita.

“Dik Farin, ayo ! Bantu Bunda membagi hadiah,” ajak Bunda sambil mengambil bingkisan alat tulis.

“Baik, Bunda,” jawabku penuh semangat.

Satu per satu, kuberikan bingkisan yang berisi buku tulis, buku gambar, pensil, penghapus, dan pensil warna. Mereka tampak sangat bahagia menerima hadiah kecil itu.

“Terima kasih banyak, Kak.” Seorang anak wanita berusia sembilan tahun-an, sebaya dengan usiaku, tersenyum memandangku.

“Sama-sama,” jawabku sambil tersenyum.

***

Alhamdulillah, acara bakti sosial di Kampung Genteng Atas berjalan dengan lancar. Aku merasa sangat senang bisa berbagi dengan sesama. Sesampainya di rumah, aku langsung mengambil tabungan yang kusimpan di kamar.

“Bunda, Farin ingin membantu teman-teman yang ada di Kampung Genteng Atas,” ucapku sambil menyerahkan seluruh uang tabunganku kepada Bunda. Uang itu sebenarnya akan kugunakan untuk membeli tas baru yang sudah lama kuinginkan. Tetapi, pengalaman bersama warga Kampung Genteng Atas merubah semuanya.

“Masyaallah … barokallahu ya, Dik.” Bunda memelukku dengan penuh haru.

“Aamiin,” jawabku sambil tersenyum.

 

Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”(HR Muslim).


Resep Salad Buah Sederhana Dan Enak

September 01, 2021 1 Comments

 Alhamdulillah setelah sekian lama, saya menemukan resep salad buah  sederhana alias mudah membuatnya dan enak rasanya 😍. Resep salad buah ini saya peroleh dari tetangga dekat rumah. Yuk mari kita mulai buat saladnya😊.



Bahan

- 1 buah apel

- 1 buah pir

- 1 ons buah anggur (untuk buah-buahan bisa disesuaikan dengan persediaan buah yang ada)

- 100 mg mayonase (saya pakai satu kemasan mayonase 100 mg merk Maestro)

- 70 ml yogurt rasa original ( saya menggunakan satu botol kecil yogurt Cimory)

- 2 s.d 3 sendok makan susu kental manis rasa coco pandan (saya menggunakan susu Indomilk)

- keju yang diparut secukupnya (untuk pembuatan kali ini saya tidak menggunakan keju karena anak-anak tidak terlalu suka)


Cara membuat

1. Kupas buah apel dan pir, cuci dengan menggunakan air bersih dan potong kecil-kecil.

2. Cuci buah anggur sampai bersih, kemudian potong menjadi 4-5 bagian (tergantung besar kecilnya buah anggur).

3. Campur mayonase, yogurt dan susu kental manis dalam satu wadah, aduk sampai merata (saus salad).

4. Masukan potongan buah ke dalam wadah yang berisi saus salad. Aduk hingga merata.

5. Tambahkan parutan keju di atas salad buah.

6. Salad buah lebih enak dinikmati dalam kondisi dingin.

Demikian resep salad buah sederhana dan enak. Selamat mencoba😊. 



Senin, 30 Agustus 2021

Cerpen Anak : Vas Bunga Nadia (Bagian Dua)

Agustus 30, 2021 0 Comments

 Apakah kekhawatiran Nadia menjadi kenyataan (Vas Bunga Nadia bagian 1)

            “Astaghfirullah…,” ucap Nadia lirih. Tepat seperti perkiraannya, vas bunga yang dibawanya pecah.

            “Apa yang harus kukatakan kepada teman-teman,” bisik Nadia dalam hati. Nadia termenung di tempat duduknya yang berada di barisan paling belakang.

            “Nadia, ayo kita kumpul di sebelah sini!” panggil Tania dari bangku barisan depan. Yumna dan Linda sudah bergabung terlebih dahulu.

            “Iya Tan, sebentar ya.” Nadia agak kaget dengan panggilan Tania. Setelah memasukkan vas bunga yang pecah ke dalam tas kresek kecil, Nadia berjalan menuju bangku Tania. Nadia berjalan pelan sambil berdoa di dalam hati,  semoga Allah memberi petunjuk untuk menyelesaikan masalahnya.

            “Bagaimana teman-teman, sudah siap  ikut lomba memasak nanti?” tanya Tania dengan penuh semangat. Sebagai ketua kelompok, Tania sedang mengecek persiapan kelompoknya.

            “Insyallah, siaaap!” jawab Yumna dan Linda tak kalah semangat.

            “Aku sudah membawa beras, telur, sayur-ayur dan bumbu-bumbu yang diperlukan untuk memasak,” jelas Yumna.

Linda yang mendapat tugas untuk membawa kompor portable, panci, tempat penggorengan dan peralatan dapur yang lain, juga mengatakan bahwa semua sudah siap. Nadia hanya diam, ketika mendengar penjelasan dari teman-temannya.

            “Nadia, kamu kenapa? Kok dari tadi diam saja?” tanya Tania. Ternyata, dari tadi Tania memperhatikan sikap Nadia yang tidak seperti biasanya.

            “Maaf teman-teman, untuk perlengkapan penyajian makanan, sebenarnya sudah kubawa semua. Tetapi…, vas bunganya pecah”, kata Nadia dengan suara lirih. Nadia menunjukkan tas kresek warna putih yang berisi pecahan vas bunga, kepada Tania, Yumna dan Linda. Kemudian, Nadia  menjelaskan peristiwa yang dialaminya ketika perjalanan ke sekolah tadi pagi.

            It’s OK, Nad. Namanya juga musibah, sekarang yang penting kita cari solusinya. Begitu kan, teman-teman?” tanya Tania kepada Yumna dan Linda.

            “Iya, benar,” jawab Yumna dan Linda menguatkan pernyataan Tania.

            “Terima kasih, teman-teman,” jawab Nadia penuh haru. Ia merasa sangat bersyukur, telah dipertemukan dengan teman-teman yang baik.

            Setelah mengetahui persoalan yang dihadapi kelompoknya, mereka terdiam sejenak. Keempat anak perempuan itu sedang memikirkan cara mendapatkan vas bunga dalam waktu singkat. Sembari mencari ide, Linda meminum teh dalam kemasan botol yang hampir habis.

            “Aku ada ide, teman-teman,” ujar Yumna dengan wajah ceria.

            “Bagaimana kalau kita membuat vas bunga dari botol plastik bekas?”

            “Iya, aku setuju. Kita bisa menggunakan botol teh ini. Tetapi, untuk hiasannya bagaimana?” tanya Linda.

            “Untuk hiasannya, apakah bisa menggunakan kain flanel?” usul Nadia. Nadia memang suka membuat bross dengan hiasan kain flanel ketika jam istirahat sekolah. Jadi, hampir setiap hari dia membawa kain flanel, gunting dan lem.

            “Alhamdulillah, itu ide bagus, teman-teman. Ayo segera kita wujudkan! Tania mengiyakan usulan anggota kelompoknya untuk membuat vas bunga dari botol plastik bekas yang dihiasi kain flanel.

Atas persetujuan teman-temannya, Tania melakukan pembagian tugas. Linda mendapat tugas untuk membersihkan botol plastik bekas yang akan digunakan sebagai vas bunga. Nadia yang pandai melukis, bertugas menggambar daun, bunga, dan kupu-kupu pada kain flanel. Sedangkan Tania dan Linda, bertugas menggunting kain flanel sesuai gambar dan menempelkannya pada botol plastik bekas.

“Bismillah, semoga kita bisa menyelesaikan pembuatan vas bunga sebelum perlombaan dimulai,” doa Linda.

“Amin…,” jawab Tania, Nadia dan Yumna.

***

            Jam dinding kelas IVD, kelas Nadia, Tania, Yumna dan Linda, menunjukkan pukul 07.15 WIB. Lima belas menit lagi perlombaan memasak akan dimulai. Tania dan Linda masih berusaha menghias botol plastik yang akan digunakan sebagai vas bunga. Sedangkan, Nadia dan Linda menata peralatan dapur dan bahan-bahan makanan yang akan dipergunakan dalam perlombaan. Semua anggota Kelompok Wijaya Kusuma, nama kelompok memasak yang dipimpin oleh Tania, berusaha sekuat tenaga menyelesaikan persiapan yang diperlukan.

            “Anak-anak, lima menit lagi perlombaan memasak akan dimulai.” Bu Citra, wali kelas IVD, memberikan pengumuman di depan kelas.

            “Iya, Bu,” jawab anak-anak kelas IVD yang mengikuti perlombaan.

            Nadia dan Linda yang sudah selesai menata tempat untuk memasak, mendekati Tania dan Yumna.

            “Bagaimana teman-teman, ada yang bisa kami bantu?” tanya Nadia.

            “Tidak, terima kasih. Insyaallah, sedikit lagi selesai,” jawab Tania sambil menempel hiasan daun.

***

            Di sudut kelas, terlihat empat anak berjilbab coklat, sibuk menata hidangan di samping vas bunga berbentuk botol, berwarna biru berhiaskan gambar bunga dan kupu-kupu. Empat anak itu adalah Tania, Nadia, Yumna dan Linda. Alhamdulillah, dengan bekerja sama mereka telah berhasil menyelesaikan perlombaan memasak dengan baik. Selamat untuk Kelompok Wijaya Kusuma 😊

Sidoarjo, 22 September 2020

Purwantiningsih 😊



Sabtu, 28 Agustus 2021

Cerpen Anak : Vas Bunga Nadia (Bagian 1)

Agustus 28, 2021 0 Comments

"Vas Bunga Nadia" adalah karya pertama saya dalam menulis cerita anak. Cerita pendek ini pernah dimuat di buku antologi "Asyiknya Berbuat Baik". Selamat membaca😊




 Vas Bunga Nadia Bagian 1

        “Nadia, semua peralatan untuk lomba memasak sudah dibawa?” tanya Bunda kepada Nadia yang tengah menyiapkan perlengkapan sekolah.

         “Insyaallah sudah, Bunda,” jawab Nadia sambil tersenyum.

         “Hati-hati bawa vas bunganya ya, Nak.” Bunda membantu memasukkan vas bunga kaca ke dalam tas kain yang akan dibawa Nadia ke sekolah. Nadia mengiyakan pesan Bunda dengan anggukan kepala.

        “Nadia berangkat ke sekolah ya, Bun.” Nadia mencium tangan Bunda. Nadia dan Alfa, Kakak Nadia, siap berangkat ke sekolah.

         “Assalamu’alaikum.” Nadia dan Alfa mengucapkan salam ketika hendak keluar rumah menuju mobil jemputan sekolah.

             “Wa’alaikumsalam warrohmatullahi wabarokatu,” jawab Bunda sambil melambaikan tangan.

***

            Pagi ini, penumpang mobil jemputan sekolah Nadia dan Alfa lebih banyak dari biasanya. Sebab, mobil jemputan sekolah yang dikemudikan Pak Arif, bannya bocor. Sehingga, sebagian anak-anak yang ikut mobil jemputan Pak Arif ikut mobil jemputan Pak Ridho, mobil jemputan sekolah Nadia dan Alfa.

            “Ning, untuk barang bawaannya, Bapak taruh di bagasi mobil ya?” tanya Pak Ridho kepada Nadia. Pak Ridho biasa memanggil anak-anak perempuan dengan sebutan “Ning”, panggilan untuk anak perempuan di beberapa daerah di Jawa Timur.

            “Iya Pak, terima kasih,” jawab Nadia. Nadia naik ke mobil jemputan sambil membawa tas ransel sekolahnya. Sedangkan, tas kain yang berisi perlengkapan untuk lomba memasak ada di bagasi mobil.

***

            “Innalillaahi wa inna ilaihi roji”uun…,” teriak anak-anak yang berada di dalam mobil jemputan Pak Ridho. Mobil yang dikemudikan oleh Pak Ridho berhenti mendadak. Ada sepeda motor yang tiba-tiba menyeberang tanpa memberi isyarat terlebih dahulu.

            “Maaf ya, anak-anak.” Pak Ridho meminta maaf karena telah membuat anak-anak panik.

“Iya Pak, nggak papa,” jawab anak-anak hampir bersamaan.

***

Pukul 06.30 WIB, mobil jemputan Pak Ridho tiba di sekolah. Alhamdulillah, kejadian tidak terduga di perjalanan tadi, tidak menyebabkan keterlambatan kedatangan mobil jemputan Pak Ridho.

“Dik, jangan lupa ambil tas yang ada di bagasi,” Alfa mengingatkan Nadia.

“Iya Kak, makasih.” Nadia bergegas menuju bagasi mobil. Di sana, Pak Ridho sudah menunggu untuk membantu membuka pintu bagasi.

Nadia sambil mengambil tas biru yang ada di pojok bagasi mobil. Dalam hati, Nadia bertanya, “Kenapa tisu makan dan bunga plastik yang kubawa keluar dari tempatnya?”

“Sudah, Ning?” Pertanyaan Pak Ridho membuyarkan lamunan Nadia.

“Iya Pak, sudah. Terima kasih,” jawab Nadia sambil tersenyum.

Nadia mempercepat langkah menuju ruang kelasnya yang ada di lantai dua. Dalam hati Nadia terus berdoa semoga apa yang dikhawatirkannya tidak terjadi.

Bersambung ke Vas Bunga Nadia bagian 2.

Sidoarjo, 20 September 2020

Purwantiningsih😊



Selasa, 24 Agustus 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ BAGIAN 10

Agustus 24, 2021 0 Comments


Kelahiran Nabi Muhammad SAW 

Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah (tahun gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat itu bertepatan dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi. (Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah melahirkan pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).

Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah kepada Abdul Muthalib dan katakan, 'Sesungguhnya telah lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan lihatlah '."

Abdul Muthalib bergegas datang. Ketika mengambil bayi itu dari pelukan Aminah, dadanya bergemuruh dipenuhi rasa sayang.

"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh, di hatiku kini dirimu hadir sebagai pengganti Abdullah."

Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah. Kali ini tidak kepada berhala, tetapi kepada Allah. Abdul Muthalib berdoa dan bersyukur.

"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.

Muhammad berarti terpuji, sebuah nama yang tidak umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup dikenal.

Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih unta dan mengundang makan masyarakat Quraisy.

"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya seseorang kepada Abdul Muthalib.

"Muhammad."

"Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek moyang kita?"

"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi," jawab Abdul Muthalib.


Cahaya Aminah

Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat seberkas sinar keluar dari perutnya dan dengan sinar tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.

Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku tradisi yang baik, yakni mereka mencari wanita-wanita desa yang bisa menyusui anak-anaknya.

Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan agar dapat belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.

Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari bayi untuk disusui. Di antara mereka ada seorang ibu bernama Halimah binti Abu Dzu'aib.

"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun kering tak ada tersisa sedikit pun hasil panen di kampung halaman kita. Lihat unta tua kita tidak lagi menghasilkan susu sehingga anak-anak menangis pada malam hari karena lapar."

"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang dapat memberi kita upah yang layak untuk menanggulangi kesengsaraan ini," jawab sang suami.

Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi bangsawan kaya telah diambil oleh teman-teman serombongan mereka. Hanya ada satu bayi dalam gendongan ibunya yang mereka temui.

"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan tersebut "ia anak yatim tinggal aku dan kakeknya yang merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza saling berpandangan. 

Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada Ayah yang dapat memberi mereka upah yang layak. Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi lain, Aminah memandangi bayi dalam dekapannya dengan sendu. Setiap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran untuk menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak yatim.


Tsuwaibah

Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad disusui Tsuwaibah budak perempuan Abu Lahab. 

Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah. 

Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya Muhammad selalu memperlakukan Tsuwaibah dengan baik.


Bersambung

Ditulis oleh Abu Tsauqi

Referensi 

Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri


Senin, 23 Agustus 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ BAGIAN 9

Agustus 23, 2021 0 Comments

Rasulullah SAW pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah ke kota Mekkah. Kisah pasukan Abrahah bersama tentara gajahnya bisa dibaca pada Kisah Rasulullah SAW Bagian 8.


Rasulullah SAW Seorang Anak Yatim

Pernikahan Abdullah dan Aminah

Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat untuk Abdullah adalah Aminah binti Wahb. Aminah adalah gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy.

Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang gandum di Yaman tumbuh menjulang tinggi. Dedaunan kurma di kota Tha'if kembali bersemi. Sementara itu, padang-padang rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang tumbuh di kebun-kebun.

Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan dan dimulainya lagi perdagangan musim panas ke Syria. Abdullah pun berniat pergi musim ini.

"Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas kepergianmu. Entah mengapa hatiku diliputi kekhawatiran dan kegelisahan. Aku bahkan berharap dapat menemukan suatu alasan untuk menahan kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.

Abdullah tersenyum menentramkan, "Hatiku pun terasa tertinggal di sini, Dinda. Aku tahu begitu besar rasa sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus berada di sisiku."

"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu, Kanda."

Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah pemuda tak berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor kambing perah. Selain itu, tak ada lagi kekayaan yang dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan daging kering. Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."

Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia memandang kepergian Abdullah dengan sendu, seolah itu adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah suaminya.

 Hamzah bin Abdul Muthalib

Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul Muthalib pun menikahi sepupunya yang bernama Hala. Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah yang seusia dengan beliau.

 Abdullah Meninggal

Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza. Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara ibunya. Namun, ketika kawan-kawannya dari Mekah hendak mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.

"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang," kata Abdullah kepada kawan-kawannya. "Kalian berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa aku jatuh sakit."

Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini."

Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ketika tiba di rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah kepada Abdul Muthalib.

"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang."

Harits pun segera berangkat. Ketika tiba di rumah paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya adalah wajah-wajah duka.

"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya, "mari, kami antar engkau ke pusaranya."

Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah. Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib. Namun, kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah. Apalagi di saat itu ia tengah menantikan kelahiran bayinya.

"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini, tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi kita."

Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang mengubah jalannya sejarah dunia.

 Peninggalan Abdullah

Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh Rasulullah. Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal dari Habasyah.


Bersambung 

Ditulis oleh Abu Tsauqi

Referensi 

Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri

Sabtu, 21 Agustus 2021

KISAH RASULULLAH ﷺ BAGIAN 8

Agustus 21, 2021 0 Comments
Kisah Rasulullah bagian 8 ini memuat kisah tentang kehancuran pasukan abrahah . Untuk teman teman yang belum membaca kisah sebelumnya silahkan baca Kisah Rasulullah bagian 7

 



Kehancuran Abrahah

Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.

"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah pada tunggangannya. 

"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak ketakutan! Ada apa sebenarnya?"

"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.

Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat. Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, mati. 

Peristiwa ini Allah abadikan dalam surat Al Fil :

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?

Surah Al-Fil (105:1)

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia?

Surah Al-Fil (105:2)

وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ

dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,

Surah Al-Fil (105:3)

تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ

yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,

Surah Al-Fil (105:4)

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ

lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Surah Al-Fil (105:5)


Wabah Penyakit

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar. Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti daun dimakan ulat. 

Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.


Kembali ke Mekah

Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.

Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah. Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami seorang pun sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.

Gadis yang Meminang

Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf. Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.

Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur Abdullah, "Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?"

"Aku akan pergi bersama ayahku."

Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata, "Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau, aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga."

Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan gugup.

"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh kasih sayang. Apa yang harus kukatakan kepadanya?"

Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus melangkah dan tidak menggubris sang gadis .

"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya.

Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang ditinggalkannya. 

Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah dengan Aminah. 

Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin. Abdullah menyapanya, "Mengapa engkau tidak menyapaku seperti kemarin?"

Gadis itu menjawab dengan ketus, "Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak membutuhkanmu!"


 Sinar Kenabian

Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya. 

Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi.


Bersambung

Ditulis oleh Abu Tsauqi

Referensi 

Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri



KISAH RASULULLAH ﷺ BAGIAN 7

Agustus 21, 2021 0 Comments

 



Penyerbuan

Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi. Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah suci yang lain, betapa pun indahnya bangunan itu dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak sah jika tidak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru itu. Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong berziarah ke Mekah.

"Tidak ada jalan lain!"  geram Abrahah.

"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika bangunan tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab tidak akan punya pilihan lain selain datang ke tempat kita!"

Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri naik di atas gajah yang paling besar dan kuat.

"Maju!" perintahnya.

Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju ke medan perang. 

Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab terkejut. Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa kepahlawanan orang-orang Arab menjulang tinggi di hadapan musuh.

Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan tetapi, ia dikalahkan dan ditawan. 

Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah Syahran dan Nahis. Namun, ia juga dikalahkan dan dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.


Al Qullayus

Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi ke gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah sudah mendarah daging. 

Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah.


Sikap Penduduk Mekah

"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan kepada setiap orang untuk bertempur!"

Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur. Abdul Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan, semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan ditaklukkan. Karena itu, ia menjawab dengan bijak, 

"Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika tidak menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."

Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka Mekah.

"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu," kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.

"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain yang engkau minta?" tanya Abrahah.

"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari daerah Tihama yang subur."

Abrahah menggeleng, "Tidak."

"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul Muthalib, lalu dia pergi.

Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.

Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu



Catatan

Abrahah Al Asyram

Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian menduduki Yaman.

70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah Yaman.


Bersambung

Ditulis oleh Abu Tsauqi

Referensi 

Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri


KISAH RASULULLAH ﷺ BAGIAN 6

Agustus 21, 2021 0 Comments

 



 TEBUSAN SERATUS UNTA


Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib  menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila. Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun luluh.

"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku?"

"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku Makhzum.

Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib. 

"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.

"Sepuluh ekor unta."

"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar."

Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.

"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.

"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan sampai 3 kali."

Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.


Keturunan Dua Orang yang Disembelih

Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda, 

"Aku adalah anak dua orang yang disembelih." 

Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.


Si Penguasa Yaman

Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.

"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah kepada para menterinya.

"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah seorang menteri.

"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan orang!"

"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah?"

"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau! 

Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu singkat!"

Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.

"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini!" 

kata Abrahah kepada bawahannya, 

"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"


 Bendungan Ma'rib

Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib. Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.


Bersambung

Ditulis oleh Abu Tsauqi

Referensi 

Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri


Kamis, 11 Maret 2021

Menjadi Penulis Yang PRODUKTIF

Maret 11, 2021 0 Comments
Alhamdulillah, pada tanggal 7 Maret 2021 mendapat kesempatan untuk mengikuti penutupan Kelas Menulis Online Alinea (melalui aplikasi zoom). Pada acara tersebut, para peserta mendapatkan tips dari Bapak Cahyadi Takariawan (dikenal dengan Pak Cah) tentang bagaimana menjadi penulis yang PRODUKTIF. Berikut sedikit ringkasan dari materi yang disampaikan oleh Pak Cah ❤😊

PRODUKTIF


P
ersiapan Sebelum menulis persiapkan tempat dan berbagai keperluan untuk menulis. Seperti kita ketahui bersama persiapan yang matang akan mendukung kesuksesan. 

Rencana Rencanakan apa yang akan kita tulis. Misalnya dalam satu tahun kita ingin membuat tiga buku, maka kita buat rencana menulis dari masing-masing buku tersebut. 

Outline Untuk tulisan yang tidak selesai dalam satu kali menulis, maka sebaiknya kita membuat outline untuk tulisan tersebut. Hal ini bertujuan agar kita tidak "tersesat" ketika menulis. 

Disiplin Sebagai seorang penulis kita harus disiplin untuk menulis setiap hari. Alokasikan waktu khusus untuk menulis. Unik Sebagai seorang penulis kita harus mempunyai ciri khas dalam tulisan kita. 

Kreatif Kita harus terus berusaha meningkatkan kreativitas kita dalam menulis. 

Timeline Membuat timeline dari proyek menulis kita. 

Ilmiah Kita harus berusaha menelorkan karya yang ilmiah. Misalnya, jika kita ingin menuliskan definisi dari suatu istilah, kita harus menyebutkan referensi asal definisi tersebut. 

Finish Kita harus berusaha menyelesaikan tulisan yang kita mulai. Jangan mudah tergoda membuat tulisan baru, sebelum tulisan yang lama telah diselesaikan. Demikian sedikit resume materi dari Pak Cah. Semoga bisa bermanfaat.😊