Kamis, 09 Juli 2020

BAB I Rumah Coklat Enam Puluh Meter Persegi


“Astaghfirullah……besok aku berangkat ke Jakarta. Makasih atas infonya “ jawab Mas Adi kepada orang yang meneleponnya.

“Dik, rumah kita kebanjiran” kata Mas Adi sembari meletakkan HPnya di atas meja.

“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun ….kok bisa Mas?” tanyaku penuh selidik.

“Ada tetangga yang menutup saluran air kita “ jawab Mas Adi.

“Besok, Mas dulu yang berangkat ke Jakarta . Adik dan Hisyam di Blitar dulu, in syaa Allah minggu depan kita berangkat bareng ke Jakarta” jelas Mas Adi.

Penjelasan Mas Adi tersebut menutup percakapan kami kala itu. Percakapan menjelang kepindahan keluarga kecil kami dari Blitar ke Jakarta. Kepindahan yang harus kami jalani karena tugas belajar.


“Alhamdulillah…air di rumah ini bersih dik. Bisa untuk masak “ ucap Mas Adi penuh bahagia.

“Alhamdulillah…”jawabku tak kalah bahagia pula.

Kebahagiaan kami tersebut memang tidak berlebihan. Karena menemukan air tanah yang bersih dan bisa dikonsumsi di lokasi rumah kami bukan hal yang mudah. Rumah kecil kami yang berada di daerah pinggiran ibu kota.

 

“Buku-buku Rachmad sudah terselamatkan, besok mau diambil “ kata Mas Adi sembari menata buku yang tidak rusak karena air. Air yang masuk ke rumah kami beberapa hari menjelang kepindahan kami ke rumah tersebut.

 

Sekarang,sudah hampir satu bulan aku, Mas Adi dan Hisyam tinggal di Jakarta. Kami tinggal di rumah petak berukuran 6 x 10 meter persegi. Rumah yang kami beli dari Engkong Akri, salah satu penduduk asli di daerah ini.

 

Tembok rumah kami berwarna coklat dengan tiga buah kamar,satu ruang keluarga, satu dapur dan satu kamar mandi. Alhamdulillah sudah lebih dari cukup untuk keluarga kecil kami. Satu-satunya yang menjadi beban pikiran kami adalah lingkungan sosial di sekitar rumah kami.

 

“Ternyata pemilik rumah sebelah dik yang menutup saluran air “ ucap Mas Adi setengah berbisik agar tidak terdengar tetangga sebelah yang tembok rumahnya jadi satu dengan tembok rumah kami.

“Beneran Mas?? “ tanyaku dengan kaget.

“in syaa Allah benar, aku dapat info tersebut dari orang yang melihat langsung kejadiannya” jelas Mas Adi.

“Terus bagaimana Mas?” tanyaku sembari menggendong Hisyam.

“Kita lihat perkembangangannya dulu . Alhamdulillah ada Fatkhur yang nanti bisa kita ajak diskusi jika ada masalah dengan tetangga” ucap Mas Adi sambil memegang pundakku untuk menenangkanku.

 

Bersambung..

OneTea 9 Juli 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar